Tugas cerita rakyat
(Muhammad Ansari
Qhisti Wicaksono)
Sangkuriang
Pada jaman dahulu, Raja Sungging Perbangkara pergi berburu.
Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam
daun caring (keladi hutan). Seekor babi hutan betina bernama Wayung
yang tengah bertapa agar menjadi manusia meminum air seni tadi. Wayung yang
hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton
oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak para raja yang
meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.
Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya.
Dayang Sumbi pun atas permitaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit
ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik bertenun,
toropong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang
Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji
siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin
laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan
kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi akhirnya menikah dengan Si Tumang dan melahirkan
bayi laki-laki diberi nama Sangkuriang.Anak tersebut sangat gemar berburu di
dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing
kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan
juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan
ibunya memang sengaja merahasiakannya.
Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan
untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan.
Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa
berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran.
Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si
Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat
jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang membunuh si Tumang dan membawa hatinya.
Lalu hati si Tumang diberikan kepada Dayang Sumbi, untuk
dimasak dan dimakan. Sangkuriang lalu menceritakan bahwa hati yang dimaka
adalah hati si Tumang kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya,
Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala
Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang
memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali
perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu
dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka
Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara,
akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana,
dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa
senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu
dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang
Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang
langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi,
dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta
ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta
Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah
terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala
Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas
luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu,
Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya
tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin
menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang
Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan
rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui
Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar
pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang
Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada
Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka
Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan
itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai
Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat
sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus
diselesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi
tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan
kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari
bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang
Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena
Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi
sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk
menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat
warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang
pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat
memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol
bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka
terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang
sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup,
lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.
i) Hal unik atau aneh dalam cerita
tersebut
(1) Seekor babi yang meminum air seni dapat
melahirkan manusia
(2) Dayang Sumbi mau menikah dengan
seekor anjing
(3) Anjing bisa melahirkan seorang
manusia
(4) Dayang Sumbi memiliki kecantikan
abadi dan muda selamanya
(5) Sampan yang ditendang Sangkuriang
beribah menjadi gunung
ii) Amanat yang terkandung
-
Hati-hati
dalam berbicara, sebaiknya pikirkan dulu, baru berbicara
-
Jangan
pernah menyakiti hewan ataupun makhluk lain
-
Jangan
durhaka kepada orang tua
iii) Perbandingan cerita Sangkuriang (Jawa
Barat) dengan cerita Oedipus (Yunani)
Sangkuriang
|
Oudipus
|
Ø Dalam
cerita Sangkuriang, anak durhaka akan mendapat balasan
|
Ø Dalam
cerita Oudipus itu tidak mengenal istilah anak durhaka tetapi lebih mengenal
kutukan dari para dewa.
|
Ø Sangkuriang
tidak sempat menikah dengan ibunya.
|
Ø Oudipus
menikah dengan ibunya dan memiliki dua orang putra dan dua orang putri.
|
Ø Sangkuriang
memiliki ayah seekor Anjing.
|
Oudipus memiliki
ayah seorang manusia biasa
|
Dayang Sumbi mengetahui lelaki
yang akan dinikahiny adalah anaknya
|
Jocaste (ibu Oudipus) tidak mengetahui bahwa
lelaki yang menjadi suaminya adalah anaknya sendiri.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar