Tugas Cerita Rakyat (Alfin Faidz
R)
Batu Menangis (Cerita Rakyat dari
Kalimantan)
·
Cerita
Disebuah
bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin
dan seorang anak gadisnya.
Anak
gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang
amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan
pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain
pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti.
Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa
memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang
mencari sesuap nasi.
Pada
suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak
pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup
melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang
bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi
kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang
dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak
seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan
anak.
Ketika
mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu
terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak
puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang
berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat
orang bertanya-tanya.
Di
antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada
gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu
ibumu?"
Namun,
apa jawaban anak gadis itu?
"Bukan,"
katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku!"
Kedua
ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati
lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai,
manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan,
bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah
budakku!"
Begitulah
setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan
perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu
atau budaknya.
Pada
mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu
masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya
sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat
menahan diri. Si ibu berdoa.
"Ya
Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya
memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya Tuhan, hukumlah anak durhaka ini!
Hukumlah dia!"
Atas
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah
menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah
mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
"Oh
Ibu, ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu, ampunilah
anakmu ini!" Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada
ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya
berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa
kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena
itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut
"Batu Menangis".
·
Hal-Hal yang Aneh dan Unik dalam Cerita
1.
Seorang gadis cantik
yang durhaka kepada ibunya berubah menjadi batu.
2.
Sebuah batu yang dapat
menitikkan air mata, seperti menangis.
·
Amanat dalam Cerita
Sekurang
(dalam pengertian fisik maupun materi) apapun orang tua kita, mereka tetaplah
orang tua kita, orang yang melahirkan kita, memberikan kita makan setiap hari,
memberikan kita uang jajan, menyekolahkan kita, bahkan menuruti apapun yang
kita inginkan. Maka dari itu, janganlah kita berbuat sesuatu yang dapat
menyakiti hati orang tua. Sebisa mungkin buatlah mereka bahagia, agar mereka
tetap menyayangi dan mengasihi kita.
·
Perbandingan dengan Cerita Lain yang Mirip dengan Cerita
Batu Menangis
|
Malin Kundang
|
Seorang anak tunggal yang durhaka
|
Seorang anak tunggal yang
durhaka
|
Menyakiti hati orang tuanya, tepatnya
menyakiti hati ibunya
|
Menyakiti hati orang
tuanya juga
|
Menyesali perbuatannya karena sudah
mempermalukan ibunya sendiri dengan menganggap ibunya sebagai seorang
pembantu
|
Menyesali perbuatannya
juga karena sudah tidak mengakui ibunya dan menganggap ibunya sebagai seorang
pengemis
|
Sang ibu sangat kesal dengan perbuatan
anaknya dan mengutuk anaknya sendiri
|
Sang ibu juga sangat marah
dengan perbuatan Malin Kundang dan mengutuknya
|
Sang anak pun seketika berubah menjadi
batu setelah kutukan itu dilontarkan oleh ibunya. Selama berubah menjadi
batu, si anak menangis
|
Malin Kundang juga berubah menjadi batu karang sesaat setelah sang
ibu mengutuknya. Selain menjadi batu, kapalnya juga dihancurkan oleh angin
dan badai
|
Sering
sekali kita, khususnya saya pribadi mengecewakan hati orang tua tanpa disadari.
Contoh mudahnya saja malas belajar. Dengan malas, kita akan mendapatkan nilai
yang kurang maksimal sehingga orang tua kita kecewa dengan nilai yang telah
kita peroleh. Disisi lain, ketika kita sedang bermalas-malasan di sekolah,
orang tua kita sedang banting tulang untuk memperoleh sepeser uang agar dapat
membiayai kita sekolah. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita menghargai
betapa besar pengorbanan orang tua kita dengan rajin belajar agar mereka tidak
kecewa dengan perbuatan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar