Tugas Cerita Rakyat (Muhamad
Ilham R)
MALIN KUNDANG
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir
pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang
anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga
memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan mengarungi lautan yang luas.
Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah
berganti tahun, ayah Malin Kundang tidak juga kembali ke kampung halamannya.
Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin Kundang untuk mencari
nafkah.
Malin
Kundang termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam
dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin Kundang sedang mengejar
ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka
tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah
beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang
mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia
sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin Kundang tertarik dengan
ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi
seorang yang kaya raya.
Malin Kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang . Tetapi karena Malin Kundang terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati.
Malin Kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang . Tetapi karena Malin Kundang terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati.
Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya,
Malin Kundang segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku,
jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa
dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil
berlinang air mata.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin
Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang
berada di kapal dirampas oleh bajak laut . Bahkan sebagian besar awak kapal dan
orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang
sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika
peristiwa itu terjadi, Malin Kundang segera bersembunyi di sebuah ruang kecil
yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya
kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang
ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai .
Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa
tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya.
Desa tempat Malin Kundang terdampar adalah desa yang sangat
subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin Kundang lama
kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal
dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi
kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah
menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa
bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin
Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke
kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin Kundang dan istrinya
melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal
serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui
anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat
ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang
sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya.
Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka
dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati
adalah Malin Kundang.
“Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa
mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang
terjadi kemudian?
Malin Kundang segera
melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
“Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
“Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
“Wanita itu ibumu?”, Tanya
istri Malin Kundang.
“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin Kundang kepada istrinya.
“Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin Kundang kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh
anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak
durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin Kundang menengadahkan
tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia
menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan
badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang . Setelah itu tubuh
Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk
menjadi sebuah batu karang.
Amanat
:
Apabila
kita sukses dikemudian hari, hendaknya kita mengingat siapa yang membesarkan,
memberi makan dan mendungkung kita dari kecil hingga menjadi orang sukses.
Cerita malin kundang ini mengajarkan kita agar kita dikemudian hari tidak
menjadi anak durhaka kepada orang tua kita.
Hal
yang serupa dengan kehidupan kita :
Menurut
saya cerita malin kundang ini tidak ada yang sama dengan kehidupan saya.
Hal
yang aneh :
Hal
yang aneh yaitu pada saat ibu Malin kundang mengutuk malin kundang menjadi
batu.
Kejadian yang sama dicerita
yang lain :
Cerita ini sama dengan
cerita malin kundang yaitu cerita sangkuriang. Kedua cerita ini sama-sama
mengajarkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar